Dalam kehidupan bermasyarakat, kitatidak akan lepas dari yang namanya tetangga. Tetangga adalah saudara terdekat yang kita miliki. Siapa yang pertama kali kita minta tolong saat sedang kesusahan jika bukan tetangga? Karena itulah, tetangga memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan kita.
Sayangnya, banyak dari kita yang memperlakukan tetangga dengan tidak semestinya. Terlebih lagi jika kita memiliki rasa tidak suka kepada tetangga tersebut. Secara tidak langsung, kita telah menanam bibit permusuhan, yang kemungkinan besar dapat menjadi konflik yang meruntuhkan ukhuwah islamiyah.
Sikap memandang rendah dan permusuhan seperti ini jelas-jelas tidak sesuai dengan ajaran islam. Islam menempatkan tetangga sebagai bagian yang penting. Bahkan sikap kita kepada tetangga pun dapat menjadi lading amal kita untuk meraih syurga Allah SWT, Insya Allah. Karenanya, dalam islam diajarkan dengan jelas bagaimana kita harus bersikap kepada tetangga kita, apa dan siapapun mereka.
Dalil Hidup Bertetangga
Banyak sekali dalil yang dapat kita temukan tentang hidup bertetangga. Dalil-dalil tersebut mengajarka kepada kita bagaimana kita harus bersikap kepada tetangga kita, baik itu tetangga dekat maupun tetangga jauh sekalipun. Jika kita mampu dan mau bersikap kepada tetangga kita seperti ajaran islam yang terkandung dalam dalil-dalil ini, maka ukhuwah islamiyah akan terjalin dengan kuat, dan hidup kita pun akan semakin bermakna.
Dalil-dalil yang membahas tentang hidup bertetangga diantaranya adalah:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa’: 36)
Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tetangga ada tiga macam: tetangga yang memiliki satu hak –dan ia adalah tetangga yang paling dekat–, tetangga yang memiliki dua hak, dan tetangga yang memiliki tiga hak –dan ini adalah tetangga yang paling utama–. Adapun tetangga yang memiliki satu hak adalah tetangga musyrik tidak ada rahmat baginya; ia hanya memiliki hak sebagai tetangga. Adapun tetangga yang memiliki tiga hak adalah tetangga muslim yang memiliki rahmat; ia memiliki hak sebagai tetangga, hak Islam, dan hak silaturrahim.” (Al-Bazzar, Abu Na’im dalam kitab Al-Hilyah)
Saking seringnya Jibril berwasiat tentang tetangga dan menjelaskan hak-hak mereka, Rasulullah saw. sampai-sampai mengira Jibril akan berkata, “Sebagian dari hak-hak mereka adalah mewariskan hartanya setelah kematiannya, seperti kepada kerabatnya.” (Bukhari, hadits nomor 5555)
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (Muslim, hadits nomor 66)
Abu Hurairah r.a. berkata, seseorang lelaki berkata kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulanah sering disebut karena shalat, puasa dan sedekahnya yang sangat banyak, hanya saja ia menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah saw. berkata, “Wanita itu di neraka.” Lelaki itu berkata lagi, “Sesungguhnya si fulanah sering disebut karena shalat, puasa, dan sedekahnya yang sangat sedikit, ia bersedekah dengan sepotong keju serta tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah saw. bersabda, “Wanita itu di surga.” (Ahmad, hadits nomor 9298, dan Al-Hakim)
Masih dari Abu Hurairah r.a., “Seseorang datang kepada Nabi Muhammad saw. mengeluhkan tetangganya. Beliau berkata, ‘Pulang dan bersabarlah!’ Untuk kedua dan ketiga kalinya orang itu datang lagi. Beliau kemudian berkata, ‘Pulang dan letakkan barang-barangmu di tengah jalan.’ Ia kemudian kembali pulang dan meletakkan barang-barangnya di jalan, sehingga orang-orang yang menyaksikannya bertanya kepadanya, ia pun membeberkan masalahnya. Mengetahui hal tersebut, orang-orang justru melaknat tetangganya yang jahat itu dengan mengatakan, ‘Semoga Allah memperlakukannya demikina dan demikian.’ Tetangganya kemudian datang kepadanya dan berkata, ‘Pulanglah ke rumahmu, engkau tidak akan melihat sesuatu yang engkau benci dariku.’” (Abu Dawud, hadits nomor 4468).
Masih banyak lagi dalil-dalil yang dapat kita temukan mengenai hidup bertetangga ini. Karenanya, marilah kita terus berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan tetangga kita, sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Hak Tetangga
Dalam hidup bermasyarakat, setiap anggaota masyarakat memiliki haknya masing-masing. Demikian juga halnya dengan tetangga kita. Mereka memiliki hak yang berasal dari diri kita. Lantas apa saja hak-hak tetangga dari kita menurut islam? Kita dapat mengetahuinya dengan menyimak sabda Rasulullah saw berikut ini:
“Apabila ia meminta pinjaman kepadamu, engkau meminjamkan. Bila ia meminta meminta pertolongan kepadamu, engkau menolongnya. Bila ia membutuhkan sesuatu, engkau memberikannya. Apabila ia ditimpa kemiskinan, engkau membantunya. Bila mendapatkan kebaikan, engkau ucapkan selamat kepadanya. Bila menerima cobaan, engkau menghiburnya. Dan bila ia meninggal, engkau mengiringi jenazahnya.
Jangan tinggikan tembok rumahmu sehingga angin terhalang untuknya selain dengan seizinnya. Jangan sakiti ia dengan aroma masakanmu kecuali engkau berikan sebagian darinya. Bila engkau membeli buah, maka hadiahkanlah pula untuknya. Bila engkau tak mampu melakukannya, maka curahkanlah kegembiraan dalam dadanya. Jangan keluarkan anakmu untuk menciptakan kemarahan dalam diri anak-anaknya.” (At-Tabrani mengatakan ini ucapan Mu’adz bin Jabal, tapi para ulama berkata ini hadits marfu’ yang sanadnya lemah tapi maknanya shahih).
Karena itu, kualitas hubungan kita dengan tetangga adalah cermin diri kita. Jika hubungan dengan tetangga buruk, kita buruk. Jika baik, kita baik. Hal ini pernah ditanyakan Abdullah bin Mas’ud kepada Rasululllah saw. “Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya telah berbuat baik dan berbuat buruk?” Rasulullah saw. menjawab, “Apabila engkau mendengar tetanggamu mengatakan bahwa engkau berbuat baik, maka engkau telah berbuat baik. Dan apabila engkau mendengar mereka berkata bahwa engkau berbuat jahat, maka engkau telah berbuat jahat.” (Ibnu Majah, hadits nomor 4213).
Memuliakan Tetangga
Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk selalu berbuat baik kepada sesame makhluk. Terlebih lagi kepada tetangga kita. Karena merekalah orang yang paling dekat dengan kita, saudara terdekat kita. Dengan berbuat baik kepada mereka, setidaknya kita telah menabung amal sebagai bekal di akhirat kelak.
Lantas, agaimanakah cara kita berbuat baik kepada tetanggaa kita? Islam telah mengajarkan caranya. Memuliakan teangga merupakan salah satu cara yang dapat kita lakukan. hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah saw berikut:
Ibnu Umar dan Aisyah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Jibril selalu menasihatiku untuk berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim.” (Bukhari dan Muslim)
Abu Dzarr r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw., “Hai Abu Dzarr, jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan perhatikan (bagilah tetanggamu).” (Muslim)
Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi saw., “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Ditanya, “Siapa, ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi saw. “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya.” (Bukhari dan Muslim)
Nabi saw juga bersabda, “Orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetangganya lapar, bukanlah umatku.”
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memuliakan tetangga kita. Beberapa cara untuk memuliakan tetangga diantaranya adalah:
- Mengucapkan salam ketika bertemu.
- Menjenguk Ketika Sakit
- Mendoakan Ketika Bersin
- Menziarahi karena Allah
- Menolong ketika kesempitan
- Memenuhi undangannya apabila ia mengundang
- Memberikan ucapan selamat
- Saling memberi hadiah
Ad-Dailami meriwayatkan dari Anas secara marfu’, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah karena hal itu dapat mewariskan kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian”
Imam Malik di dalam Al-Muwaththa’ meriwayatkan, “Saling bermaaf-maafkanlah, niscaya kedengkian akan hilang. Dan saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai dan hilanglah permusuhan.”
Wasiat Rasulullah tentang Tetangga
Sebagai tambahan, berikut ini kami rangkumkan wasiat yang diberikan oleh Rasulullah saw dalam bertetangga.
- Dosa Orang Yang Tetangganya Tidak Aman Dari Gangguannya
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman. Ada yang bertanya: Siapa itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya. (H.R Bukhari)
- Larangan Meremehkan Hadiah Dari Tetangga
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ لا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسَنَ شَاةٍ. رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Haurairah ra berkata: Nabi Muhammad saw pernah bersabda: Wahai para wanita muslimah, janganlah ada seorang tetangga yag meremehkan hadiah tetangganya meskipun kikil (kaki) kambing. (HR Al Bukhari dan Muslim)
- Barang Siapa Beriman Kepada Allah Dan Hari Akhir Maka Jangan Menyakiti Tetangga
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam. (HR AL Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
- Hak Tetangga Yang Lebih Dekat Pintunya
Dari Aisyah ra berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, kepada tetangga yang manakah aku berikan hadiah? Jawab Nabi: Kepada tetangga yang pintu rumahnya lebih dekat denganmu. (H.R. Bukhari)
Semogat tulisan ini dapat meningkatkan ukhuwah islamiyah yang kita jalin dengan masyrakat di sekitar kita. AMIN
Wallahu a’lam
sumber: www.syahadat.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar