24 April 2009

Islam dan Hidup Bermasyarakat

Hidup bermasyarakat merupakan cara kita untuk meningkatkan hubungan dengan manusia lain, atau yang kita kenal dengan hablum minan-naas. Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang memungkinkan kita untuk terus berinteraksi dengan orang lain. Semua sifat unik dari masing-masing orang dapat kita temukan dalam masyarakat.


Masyarakat terdiri dari berbagai macam sifat dan kondisi manusia. Ada orang yang kaya, namun tidak sedikit pula yang hidup dalam kekurangan, ada yang memiliki sifat yang baik, dan ada juga orang yang bersifat kurang terpuji. Semua itu dapat kita temukan dalam masyarakat.


Karena begitu beragamnya tipe manusia yang kita temui dalam masyarakat, maka sudah sepantasnya jika kita berusaha menjaga perasaan masing-masing. Selain itu, ada norma-norma tertentu yang perlu kita perhatikan dalam bergaul dengan masyarakat. Islam sendiri telah mengatur tata cara pergaulan yang islami, yang dapat kita (lebih tepatnya harus) terapkan dalam bermasyarakat. Norma-norma bermasyarakat yang diajarkan dalam islam diantaranya adalah:


1. Saling memberi nasihat


Sebagai manusia kita tidak akan luput dari berbuat salah. Sebab kita hanyalah manusia biasa, yang sering lupa dan khilaf. Dan alangkah indahnya jika ada orang yang mau menegur dan menunjukkan kesalahan yang kita perbuat. Karena itulah, sebagai sesame manusia, terlebih lagi sebagai sesame muslim, kita wajib untuk saling menasehati dan salling mengingatkan satu dengan lainnya. Karena nasihat merupakan salah satu bentuk kepedulian kita terhadap sesama.


Nasihat juga merupakan salah satu bukti kesempurnaan dan lengkapnya keshalehan seseorang dalam menjalankan perintah agamanya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasululllah Muhammad saw:


Dari Tamim Ad-Daari ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya agama (ad-din) itu an-nashihah." Kami bertanya, "Nasihat bagi siapakah, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan bagi para imam/ulama muslimin dan bagi orang-orang awam di antara kalian." (Muslim no. 55)


Dari Jabir bin Abdullah ra, aku membai'at Rasulullah saw untuk (mau) mendengar dan menaati (Islam). Lalu beliau mengajariku, "(Lakukanlah) apa yang dapat kamu lakukan dan (hendaknya) kamu menasihati kepada setiap muslim." (Bukhari no. 7204)


Sebagai sesama muslim, dalam bermasyarakat kita wajib untuk saling menasihati dalam berbagai hal kehidupan. Setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan oleh sesama muslim dalam masyarakat:


Pertama, saling mengingatkan untuk menjaga keikhlasan hanya untuk Allah SWT semata.


Kedua, saling menasihati untuk membenarkan dan menyakini bahwa Al-Qur'an itu benar dan diamalkan sebagai pedoman hidup.


Ketiga, saling mengingatkan untuk mengakui kebenaran Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, untuk taat pada setiap perintahnya, serta meneladani dan melanjutkan risalah dakwahnya.


Keempat, mengingatkan imam/ulama jika mereka menyimpang dan taat kepada mereka dalam kebenaran.


Kelima, menasihati orang awam dalam bentuk membimbing mereka untuk memperoleh kemaslahatan.


2. Jauhi perbuatan zalim


Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Dzar ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah SWT berfirman, "Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram diantaramu, maka janganlah kamu saling menzalimi." (Muslim no. 2577)


Dari Jabir bin Abdullah ra, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, "Muslim (sejati) itu ialah yang dapat menyelamatkan muslim lain dari gangguan lidah dan tangannya." (Muslim no. 41)


3. Berakhlak mulia


Abdullah bin 'Amr bin Ash ra berkata Rasulullah saw itu bukanlah seorang yang buruk perkataanya dan tidak berusaha untuk melakukan hal seperti itu. Bahkan Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan di antaramu adalah yang paling bagus akhlaknya." (Bukhari no. 3559 dan Muslim no. 2331)


Dari Abu Darda ra, Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang paling berat timbangannya bagi mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang bagus. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang buruk tutur katanya dan jorok (cabul)." (Abu Dawud no. 4799 dan Turmudzi no. 2003)


Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kamu dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Dan sesungguhnya yang paling aku benci di antara kamu dan paling jauh tempatnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara tanpa manfaat, yang banyak bicara dibuat-buat, dan memenuhi mulutnya dengan segala macam perkataan (tak berbobot)." (Turmudzi no. 2018)


4. Saling mambantu dalam kebaikan


Saling tolong menolong dan saling membantu sesame muslim dalam hal kebaikan adalah kewajiban kita. Jadi hendaknya kita selalu siap membantu saudara kita sesama muslim apabila dibutuhkan, terutama sekali jika tidak bertentangan dengan syariat islam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah muhamma saw:


"Muslim itu saudara(nya) muslim. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya ke tangan musuh. Barangsiapa yang berkenan memenuhi hajat kebutuhan saudaranya, maka Allah pasti memenuhi hajatnya. Barangsiapa melepaskan suatu kesulitan muslim, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat." (Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580)


"Barangsiapa yang melepaskan suatu kesusahan seroang mukmin di antara berbagai kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu di antara berbagai kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang mendapatkan kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah itu akan selalu membantu hamba jika ia mau membantu saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk menuju surga. Tidak ada suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah -Al-Qur'an-dan mereka mempelajari Al-Qur'an tersebut kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan mereka pun akan diliputi rahmat Allah serta mereka akan diliputi malaikan, bahkan Allah pun akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk lain di sisi-Nya. Serta, barangsiapa yang menangguhkan amal ibadahnya, maka tidak akan dipercepat keturunannya." (Muslim no. 2699)


5. Suka berkorban dan memberi


Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas itu ialah tangan yang memberi; sedangkan tangan yang di bawah ialah yang meminta-minta." (Bukhari no. 1429 dan Muslim no. 1033)


Abdullah bin Umar menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda dalam khutbahnya, "Jauhilah olehmu sifat kikir. Sebab, orang-orang sebelum kamu itu hancur karena kikir. (Pemimpin mereka) memerintahkan mereka untuk kikir, lalu mereka pun kikir; ia memerintahkan untuk memutuskan hubungan (persaudaraan) lalu mereka pun memutuskan hubungan (persaudaraan); dan ia memerintahkannya untuk berbuat durhaka, mereka pun melakukan perbuatan durhaka," (Abu Dawud no. 1698, Hakim no. 415, dan shahih al-jami' no. 2675)


6. Mengatakan kebenaran


Dalam bermasyarakat, sebaiknya kita selalu menjaga diri kita untuk selalu berada di jalan kebenaran, perkataan dan perbuatan kita. Jika kita selalu meniti jalan kebenaran, maka orang-orang akan dapat mempercayai kita dengan mudah. Terlebih sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk selalu mengatakan kebenaran, meskipun itu pahit buat kita.


Zaid bin Abdullah bin Umar ra bercerita bahwa ada sejumlah orang yang berkata kepada Abdullah bin Umar, "Kita sungguh akan memasuki (menghadap) Sultan atau Amir kita. Maka kita (mesti) mengatakan kepada mereka apa yang berbeda dengan apa yang kita katakan jika kita keluar dari sisi mereka." Lalu Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Kami menganggap yang seperti itu di masa Rasulullah saw sebagai kemunafikan." (Bukhari no. 7178)


7. Mangajak berbuat baik


Salah satu tujuan seorang muslim bergaul dengan masyarakat di sekitar dirinya adalah dalam rangka mengajak mereka untuk berbuat kebaikan. Dan ini adalah perintah Allah SWT "Hendaklah ada di antara kamu sekelompok orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang perbuatan munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imrah: 110)


Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang mengajak kepada kebenaran, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak berkurang dari pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun." (Muslim no. 2674)


8. Menjauhi perbuatan munkar


Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak dapat, maka hendaknya ia mengubahnya dengan lidahnya; jika tidak dapat dengan itu, maka dengan hatinya, dan ini adalah keimanan yang paling rendah." (Muslim no. 49)


"Jika suatu kesalahan/dosa diperbuat di buka bumi, maka orang yang menyaksikannya dan membencinya lalu mengingkarinya seperti orang yang tidak ada di situ –tidak mengetahuinya– dan barangsiapa yang tidak ada di sana –tidak mengetahuinya– tetapi meridhainya, ia seperti orang yang menyaksikannya." (Abu Dawud no. 4345 dan Shahihul Jami' no. 7020)


9. Sabar dan murah hati


Sifat sabar dan murah hati adalah bekal yang harus disiapkan seorang muslim. Apalagi Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 134 menjadikan dua sifat ini sebagai ciri ketakwaan.


"Bergegaslah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang mendermakan (hartanya) di waktu senang maupun ketika menderita, dan orang-orang yang menahan marahnya serta yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah itu suka kepada orang-orang yang (suka) berbuat baik."


Bahkan Rasulullah saw menyebut orang yang mampu menahan marah, bersabar, dan bermurah hati sebagai jagoan. Sabda Rasulullah saw:


"Orang jagoan itu bukanlah ditentukan dengan (jagoan) gulat. Justru orang jagoan itu ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." (Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609)


10. Pemaaf, toleran, dan tawadhu’


Hidup bermasyarakat tentu tidak selamanya tanpa gesekan. Tidak dapat dihindari, gesekan antar anggota masyarakat dapat dengan mudah terjadi. Hal ini karena beragamnya sifat yang dimiliki oleh setiap orang. Tinggal bagaimana kita menyikapi gesekan yang terjadi tersebut dengan bijak, sehingga tidak menimbulkan gejolak yang lebih besar.


Sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk memiliki sifat pemaaf, toleran, dan selalu tawadhu’. Mungkin orang akan menganggap “kecil” kita, karena selalu mengedepankan sifat-sifat ini. Namun, sebenarnya sifat inilah yang justru akan memunculkan rasa persaudaraan antar sesama.


Abu Hurairah ra menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tiada berkurang harta karena sedekah, dan tiada Allah menambah seseorang karena (mau) memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidak ada seorang hamba pun yang tawadhu' (merendahkan diri) karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya." (Muslim no. 2588)


Dari 'Iyadh bin Khimar ra, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku supaya kamu saling bertawadhu' sehingga tidak ada seorang pun yang bertindak lalim atas yang lain dan tidak ada seorang pun yang membanggakan diri atas yang lain." (Muslim no. 2865)


Bahkan, sifat merendah menjadi ciri ahli surga. Dan sebaliknya, kasar, tidak sabaran, congkak, dan sombong adalah ciri ahli neraka. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:


"Senangkah kalian jika aku beritahukan tentang ahli surga? Ia (ahli surga itu), setiap orang yang lemah dan memandang diri (sendiri) lemah, yang jika bersumpah kepada Allah pasti dikabulkan. Dan, sukakah kalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Ia (ahli neraka itu) adalah setiap orang yang kasar, tidak sabaran, dan congkak lagi sombong." (Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)


11. Sopan, santun, dan ramah


Rasulullah saw telah mengajarkan kita untuk selalu bersikap lemah lembut dan sopan kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang jelas-jelas bermaksud buruk dengan kita pun kita disarankan untuk menghadapinya dengan kelemah-lembutan. Sikap lemah lembut tidaklah menandakan bahwa kita ini oranmg yang lemah. Justru sebaliknya, sikap lemah lembut dapat membuat orang lain akan segan untuk bersikap sebaliknya kepada kita.


Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut:


Suatu ketika pernah sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah saw Mereka berkata, "Al-saam 'alaika (semoga engkau dikenai racun)." Aisyah mendengar dan mengerti maksud kata-kata itu lantas membalas, "'Alaikum al-saam wa al-la'nah (semoga racun itu untukmu disertai kutukan)." Rasulullah saw berkata kepada Aisyah, "Jangan begitu Aisyah. Sesungguhnya Allah menyukai sifat lemah lembut dalam segala urusan." Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau dengar apa yang mereka katakan?" Rasulullah saw menjawab, "Telah aku jawab, wa 'alaikum." (Bukhari no. 6024)


Rasulullah saw berkata kepada Aisyah, "Hai Aisyah, engkau mesti lemah lembut (tidak kasar), dan jauhilah olehmu sifat kasar/kejam dan keji/kotor." (HR Bukhari no. 6030)


Rasulullah saw. berkata, "Hai Aisyah, janganlah berlaku keji/kotor." Masih diriwayat Muslim yang lain, Rasulullah saw. berkata, "Jangan begitu, hai Aisyah. Sebab, Allah tidak menyukai perbuatan keji dan mengata-ngatai secara kotor." (HR Muslim : 2165)


Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak ada pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidak tercabut dari sesuatu barang kecuali menjadi kotor/jeleklah barang itu." (Muslim no. 2594)


Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberi (kepada seseorang) karena kelembutan(nya) apa yang tidak diberikan-Nya (kepada seseorang) karena kekejaman(nya) dan apa yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang mempunyai sifat selain sifat kejam." (Muslim no. 2593)


Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah pantas bagi shiddiq, mukmin yang bagus imannya, untuk menjadi pengutuk." (Muslim 2597)


Dari Abdullah bin Mas'ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Mukmin itu bukanlah pencemar nama baik orang, bukan pengutuk, dan bukan pelaku perbuatan keji, serta bukan yang buruk tutur katanya." (Turmudzi no. 1977 dan Silsilah Shahihah no. 320)


Dari Abu Darda ra bahwa Rasululllah saw bersabda, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang bagus (mulia). Dan sesungguhnya Allah itu membenci orang yang suka melakukan perbuatan keji dan buruk tutur katanya." (Abu Dawud no. 4799, Turmudzi no. 2002, Silsilah Shahihah no. 876, dan Shahihul Jami no. 5597)


Dari Abdullah bin Mas'ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Mencela muslim itu perbuatan durhaka (fusuuq) dan membunuh muslim adalah suatu kekufuran." (Bukhari no. 48 dan 6044, Muslim no. 64 dan 116)


12. Bertutur kata yang baik


Senjata yang paling mematikan, yang dimiliki oleh manusia adalah lisannya. Perkataan seseorang dapat mendatangkan manfaat, namun banyak pula pertengkaran yang terjadi haya karena lisan. Karena itu, kita harus pandai-pandai menjaga lisan kita, sehingga hanya kata-kata yang baik lah yang keluar dari lisan kita.


Menjaga lisan bukan hanya untuk menjaga diri kita di dunia. Namun karena lisan pula kita dapat selamat dari siksa akhirat kelak, insya Allah.


Mu'adz bin Jabal ra diajarkan langsung tentang hal itu oleh Rasulullah saw"Senangkah kamu jika aku beritahukan apa yang menguasai (mencukupi) itu semua?" Mu'adz menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah saw." Rasulullah saw bersabda, "Tahanlah olehmu ini!" Rasulullah saw menunjuk lidahnya. Mu'adz berkata, "Wahai Nabiyullah, apakah kita akan dituntut dengan apa yang kita ucapkan?" Rasulullah saw menjawab, "Celakalah kamu, wahai Mu'adz, bukankah manusia dapat tersungkur ke dalam neraka hanya karena kata-kata yang keluar dari lidahnya?"


Sahal bin Sa'ad Al-Sa'idi ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang menjamin (memelihara) untukku apa yang ada di antara kedua kakinya dan apa yang ada di antara kedua janggutnya (lidahnya), aku menjamin baginya (masuk) surga." (Bukhari no. 6474 dan 6807)


Uqbah bin 'Amir ra berkata, "Wahai Rasulullah, di manakah tempat keselamatan itu?" Rasulullah menjawab, "Tahanlah lidahmu, rumahmu meski mencukupimu dan menangislah atas segala kesalahanmu." (Turmudzi no. 2406 dan Silsilah Shahihah no. 890)


Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau diam." (Bukhari no. 5185 dan Muslim no. 47)


13. Berkhidmat pada kaum muslimin


Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS Al-Hujurat: 10).


Karena dekatnya hubungan satu muslim dengan muslim yang lain sebagai saudara, jika ada yang sakit maka semua merasa sakit.


Anas bin Malik ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Tidak sempurna iman seseorang di antaramu kecuali jika ia mencintai saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya." (Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)


Dari Nu'man bin Basyir ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling membantu itu bagaikan satu jasad. Jika ada di antaranya yang merasa sakit, maka semua unsur jasad ikut tidak tidur dan merasa demam." (Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)


Rasulullah saw mengancam seorang muslim yang tidak peduli dengan saudara muslimnya.


Hudzaifah Bin Yaman ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan golongan mereka." (HR At-Tabrani)


14. Saling menolong


Allah SWT berfirman, "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan; dan janganlah kamu saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan." (QS Al-Ma'idah: 2)


Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tolonglah saudaramu, baik ia sebagai penganiaya maupun sebagai yang teraniaya." Ada yang berkata, "Wahai Rasulullah, aku dapat menolongnya jika teraniaya. Lalu, bagaimana caranya menolong yang menganiaya?" Rasulullah saw. menjawab, "Engkau harus menghalanginya dari perbuatan zalimnya. Itulah cara meolongnya." (Bukhari no. 2443)


Dari Abu Darda ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang membela harga diri (martabat) saudaranya, maka Allah akan menolak dari wajahnya api neraka pada hari kiamat." (Turmudzi no. 1931 dan Ahmad no. 449)


15. Memiliki sifat sayang


Dari Jarir bin Abdullah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi orang lain." Dalam riwayat lain, "Barangsiapa yang tidak sayang kepada manuasi, maka ia tidak disayangi Allah." (Bukhari no. 6013 dan Muslim no. 2319)


Dari Abdullah bin 'Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Para penyayang akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di muka bumi, kamu pasti disayangi yang di langit." (Abu Dawud no. 4941, Turmudzi no. 1924, Silsilah Shahihah no. 925)


Dari Anas bin Malik ra dan Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Bukanlah dari kelompok kami orang yang tidak sayang kepada yang kecil dan tidak hormat pada yang lebih besar (tua)." (Turmudzi no. 1919)


16. Punya rasa malu dan mengandalikan pandangan


Malu adalah ciri khas seorang muslim. Karena itu Rasulullah saw membela seseorang yang punya rasa malu dari celaan orang lain.


Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw pernah melewati seseorang yang mencela saudaranya karena rasa malunya dengan mengatakan, "Kamu ini terlalu pemalu," sehingga dikatakan, "Sungguh kamu celaka." Maka Rasulullah saw pun bersabda, "Biarkanlah ia, sebab malu itu bagian dari iman." (Bukhari no. 24 dan Muslim no. 36)


Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Iman itu enam puluh sekian cabang, dan malu sebagai satu cabang dari keimanan itu." (Bukhari no. 9 dan Muslim no. 350)


Tentang mengendalikan pandangan, Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada kaum mukminin: hendahnya mereka mengendalikan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada kaum mukminat, hendaknya mereka mengendalikan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS An-Nur: 31)


17. Tidak suka menjilat


Di masyarakat, kita sering menemui orang-orang yang memuji secara berlebihan pada seseorang. Tentunya pujian ini bukan pujian “gratis”, karena ada maksud yang diharapkan oleh si pemuji. Hal ini sering kita sebut dengan istilah “menjilat”.


Perbuatan menjilat ini sangat tidak dianjurkan dalam islam. Bahkan Rasulullah saw pun dengan tegas melarang seorang muslim melakukan perbuatan ini. Hal ini tersirat dalam hadist berikut:


Dari Abu Musa Al'Asy'ari ra bahwa Rasulullah saw penah mendengar seseorang menyanjung seseorang seraya memujinya secara berlebihan, lalu beliau bersabda, "Kamu yang memutuskan punggungnya." (Bukhari no. 2663 dan Muslim no. 3001)


Pernah seseorang memuji-muji Usman. Miqdad kemudian maju dan berlutut pada kedua lutut orang itu, lalu menumpahkan kerikil ke wajahnya. Usman berkata, "Apa yang kamu lakukan itu?" Miqdad menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda, 'Jika kamu melihat orang-orang yang suka memuji-muji (menjilat), maka tumpahkanlah tanah pada wajahnnya." (Muslim no.3002)


18. Jangan menjadi beban masyarakat


'Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, kami sembilan atau delapan atau bertujuh orang pernah berada di sisi Rasulullah saw. Beliau bersabda, "Mengapakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Sebetulnya kami baru (beberapa hari) saja melakukan bai'at. Beliau bersabda lagi, "Mengapa kalian tidak membai'at Rasulullah?" Kami membentangkan tangan-tangan kami dan berkata, "Kami telah berbai'at kepada engkau, wahai Rasulullah, lalu atas dasar apa lagi kami mesti membai'atmu?" Rasulullah saw bersabda, "Kamu mesti berbai'at supaya tidak menyembah selain Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melakukan shalat lima waktu, dan untuk mau mendengar dan mentaati." Lalu beliau bersabda, "Janganlah kamu meminta sedikitpun kepada manusia." Maka aku betul-betul melihat sebagian di antara mereka -sembilan atau delapan atau tujuh orang yang berbai'at itu-ketika terjatuh cemeti salah seorang di antara mereka, ternyata ia tidak meminta kepada seseorang pun untuk mengembalikan untuknya." (Muslim no. 1043)


19. Sabar menghadapi kesulitan hidup


Hidup tidak selamanya berjalan mulus-mulus saja. Akan selalu ada kesulitan yang menjadi batu sandungan kita dalam menjalani hidup ini. Sebagai umat muslim, kita diajarkan untuk selalu bersabar dalam menghadapi segala cobaan hidup, baik yang kecil maupun yang besar. Dengan sikap sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan kehidupan, maka kita akan dapat menatap kehidupan ini dengan optimis.


Dari Abu Sa'id Al-Khudri r. dan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tiada menimpa kepada mukmin, baik berupa penyakit atau kelelahan, atau berupa penyakit atau kesedihan bahkan kegundahan yang memusingkannya kecuali Allah akan menghapuskan dengan itu segala dosanya." (Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573)


Dari Shuhaib ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah/bencana, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (Muslim no. 2999)


20. Punya ukuran tentang baik dan buruk


Begitu banyak peristiwa dan masalah yang timbul akibat interaksi kita dengan masyarakat. Dan bisa jadi semua itu tidak membuat nyaman hati kita. Apalagi bila menyangkut halal-haram, baik-buruk, boleh-tidak boleh, patut-tidak patut. Karena itu, kita harus punya ukuran yang menjadi standar dalam memilah semua peristiwa dan masalah yang ditimbulkan akibat interaksi kita dengan orang lain. Ukuran itu adalah syari'at.


Nu'man bin Basyir ra berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara yang halan dan haram itu ada hal-hal yang musytabihat yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Tetapi, barangsiapa yang menjauhi yang musytabihat, ia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam musytabihat, pasti terjerumus ke dalam yang haram. Hal itu bagaikan penggembala yang menggembala di sekitar kebun dikhawatirkan gembalaannya itu masuk ke dalamnya. Ingatlah, sesungguhnya bagi setiap raja itu ada kebun larangannya, dan sesungguhnya kebun larangan Allah itu segala yang diharamkan-Nya." (Bukhari no. 52 dan Muslim 1599)


Nawas bin Sam'an ra berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah saw menjawab, "Al-Birr (kebaikan) itu adalah akhlak yang mulia; sedangkan dosa ialah apa yang berdetik -disertai dengan keraguan-dalam dadamu dan engkau tidak suka jika orang lain mengetahuinya." (Muslim no. 2553)


Sudah saatnya kita mengamalkan ajaran islam dalam hidup bermasyarakat. Kehidupan masyarakat yang dilandasi dengan nilai-nilai agama tentunya akan lebih indah dan membahagiakan. Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai islam, dimanapun dan kapanpun kita berapa.


Wallahu a’lam


(dinukil dari milis pengusaha-muslim@yahoogroups.com)


sumber: www.syahadat.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar